9 Tips Menggunakan Tone of Voice di Media Sosial

Nabila Dwi Utami
Nabila Dwi Utami ·

Digital Marketing · 13 min read · Apr 30, 2025

9 Tips Menggunakan Tone of Voice di Media Sosial

Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi saluran komunikasi utama bagi merek, individu, dan organisasi untuk terhubung dengan audiens. 

Namun, untuk membuat pesan yang disampaikan lebih efektif dan menarik perhatian, sangat penting untuk memilih tone of voice yang tepat. 

Tone of voice tidak hanya memengaruhi bagaimana audiens menerima pesan, tetapi juga mencerminkan identitas merek atau kepribadian seseorang. 

Dalam artikel ini, Croloze akan membahas berbagai tips tentang bagaimana memilih dan menggunakan tone of voice yang tepat di media sosial untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan audiens, meningkatkan engagement, dan menciptakan pengalaman yang lebih menyenangkan.

Yuk, simak!

Baca Juga: 12 Cara Membuat Konten Viral di Media Sosial

Apa Itu Tone of Voice?

Tone of Voice adalah cara atau gaya seseorang dalam menyampaikan pesan, baik secara verbal maupun tulisan. Ini mencakup pilihan kata, cara penyampaian, dan emosi yang tercermin dalam komunikasi tersebut.

Contoh dalam dunia bisnis atau pemasaran, tone of voice berperan besar dalam menciptakan citra merek dan membangun hubungan dengan audiens. 

Misalnya, sebuah merek yang ingin terlihat profesional akan menggunakan tone yang formal dan serius, sementara merek yang ingin terasa lebih ramah dan akrab bisa memilih tone yang lebih santai dan bersahabat.

Elemen-Elemen Tone of Voice

Elemen-elemen tone of voice mencakup beberapa aspek yang membentuk cara penyampaian pesan, baik dalam komunikasi tertulis maupun lisan. 

Berikut adalah elemen-elemen tone of voice yang perlu dipahami secara detail:

1. Pilihan Kata (Diction)

Pilihan kata adalah elemen pertama yang paling langsung memengaruhi tone of voice. Kata yang dipilih dalam suatu komunikasi mencerminkan perasaan dan tujuan yang ingin disampaikan.

  • Formal vs. Informal: Menggunakan kata-kata formal akan menciptakan kesan profesional dan serius, sementara kata-kata informal memberi kesan lebih santai dan akrab.
  • Sederhana vs. Kompleks: Kalimat yang menggunakan kata-kata sederhana cenderung lebih mudah dipahami dan memberi kesan langsung dan jelas. Sebaliknya, kata-kata yang kompleks atau teknis bisa menciptakan kesan intelektual atau berwibawa.

Contoh:

  • Formal: "Dengan hormat, kami ingin menginformasikan bahwa..."
  • Informal: "Hei, kami cuma mau bilang kalau..."

2. Gaya Bahasa (Style)

Gaya bahasa berkaitan dengan bagaimana kalimat disusun dan bagaimana pesan disampaikan. Ini dapat melibatkan penggunaan kalimat pendek atau panjang, penggunaan metafora atau bahasa figuratif, serta penyampaian ide secara langsung atau berbelit-belit.

  • Sederhana dan Langsung vs. Elaboratif dan Berlapis: Pesan yang singkat dan jelas dapat memberikan kesan tegas dan efisien, sementara pesan yang panjang dan elaboratif lebih mengundang pemikiran atau menciptakan suasana tertentu.
  • Serius vs. Santai: Gaya bahasa yang serius bisa memberi kesan formal dan penuh wibawa, sedangkan gaya yang santai memberikan kesan akrab dan ramah.

Contoh:

  • Sederhana dan Langsung: "Kami mengonfirmasi pesanan Anda."
  • Elaboratif dan Berlapis: "Kami dengan senang hati memberitahukan bahwa pesanan Anda telah berhasil diproses dan sedang dalam pengiriman."

3. Emosi yang Disampaikan

Emosi adalah elemen penting yang membentuk tone of voice karena dapat memengaruhi bagaimana audiens merasakan dan merespons pesan yang disampaikan. Setiap komunikasi sering kali mencoba untuk menonjolkan emosi tertentu, seperti kebahagiaan, kesedihan, semangat, atau kekhawatiran.

  • Positif vs. Negatif: Sebuah pesan bisa membawa nuansa positif, seperti kegembiraan atau antusiasme, atau sebaliknya bisa terkesan negatif atau penuh kecemasan.
  • Penuh Perhatian vs. Dingin: Tone yang penuh perhatian dan empatik akan terdengar hangat, sementara tone yang dingin atau tanpa emosi bisa terasa tidak peduli atau formal.

Contoh:

  • Positif: "Kami sangat senang bisa membantu Anda!"
  • Negatif: "Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi."

4. Keformalan (Formality)

Keformalan mengacu pada seberapa resmi atau santai suatu komunikasi dilakukan. Tingkat keformalan mempengaruhi hubungan antara pengirim pesan dan audiens, serta kesan yang ditinggalkan.

  • Tinggi vs. Rendah: Penggunaan bahasa formal dengan tata bahasa yang tepat memberikan kesan profesional dan sopan. Sebaliknya, bahasa yang lebih kasual menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab.
  • Konteks: Keformalan juga tergantung pada konteks komunikasi. Dalam bisnis, komunikasi biasanya lebih formal, sedangkan di media sosial atau percakapan sehari-hari bisa lebih santai.

Contoh:

  • Formal: "Apakah Anda berkenan mengonfirmasi kehadiran Anda pada acara tersebut?"
  • Informal: "Mau datang ke acara kita, nggak?"

5. Kedekatan atau Jarak (Proximity)

Elemen ini mengacu pada seberapa dekat atau jauh tone of voice dari audiens. Ini mencakup penggunaan kata ganti, seperti "Anda" atau "kamu," serta seberapa banyak informasi pribadi yang dibagikan dalam komunikasi.

  • Akrab vs. Jauh: Dalam komunikasi yang lebih akrab, kita cenderung menggunakan kata ganti orang kedua seperti "kamu" atau "saya." Sementara komunikasi yang lebih formal atau jauh menggunakan kata ganti yang lebih sopan seperti "Anda."
  • Personalisasi vs. Umum: Komunikasi yang lebih personal menunjukkan kedekatan dengan audiens, sedangkan komunikasi yang lebih umum memberikan kesan lebih luas dan tidak terlalu terfokus pada individu.

Contoh:

  • Akrab: "Gimana kabarmu? Semoga semuanya baik-baik aja ya!"
  • Jauh: "Semoga Anda dalam keadaan baik."

6. Kecepatan dan Intonasi (Pacing and Intonation)

Meskipun lebih relevan untuk komunikasi lisan, kecepatan dan intonasi juga memengaruhi tone of voice. Ini merujuk pada bagaimana cepat atau lambat pesan disampaikan dan bagaimana intonasi (naik turunnya suara) memengaruhi makna pesan.

  • Cepat vs. Lambat: Kecepatan berbicara atau menulis dapat mencerminkan urgensi atau ketenangan. Kecepatan yang cepat bisa memberi kesan penuh energi, sedangkan kecepatan lambat bisa memberi kesan lebih reflektif atau serius.
  • Naik-Turun Suara: Dalam komunikasi verbal, intonasi suara yang berubah-ubah bisa memberikan nuansa atau emosi tertentu, seperti kegembiraan, keraguan, atau kepastian.

Contoh:

  • Cepat dan Enerjik: "Ayo, kita mulai sekarang!"
  • Lambat dan Serius: "Kita perlu membicarakan ini lebih lanjut."

7. Keunikan Merek atau Identitas (Brand Voice)

Dalam konteks pemasaran atau komunikasi merek, tone of voice juga mencakup ciri khas merek yang ditonjolkan dalam setiap komunikasi. Merek yang kuat memiliki voice yang konsisten yang bisa mencerminkan karakter dan nilai-nilai mereka.

  • Sama di Setiap Media: Tone of voice harus konsisten di seluruh platform untuk memastikan audiens mengenali dan merasakan identitas yang sama.
  • Cocok dengan Karakter Merek: Misalnya, merek yang menyasar audiens muda akan menggunakan tone yang lebih kasual dan bersahabat, sementara merek mewah menggunakan tone yang lebih elegan dan formal.

Contoh:

  • Merek kasual: "Gimana kalau kamu coba produk terbaru kami? Dijamin keren!"
  • Merek mewah: "Kami dengan bangga mempersembahkan koleksi terbaru, hanya untuk Anda yang istimewa."

8. Humor atau Keseriusan

Beberapa tone menggunakan humor untuk mencairkan suasana, sementara yang lain mungkin memilih untuk tetap serius dan tetap menjaga profesionalisme.

  • Humor: Bisa digunakan untuk menciptakan kedekatan atau membuat pesan lebih menyenangkan.
  • Keseriusan: Diperlukan untuk topik yang membutuhkan perhatian lebih atau dalam situasi formal.

Contoh:

  • Humor: "Kita mungkin nggak bisa mengubah dunia, tapi kita bisa mengubah pilihan sarapanmu!"
  • Keseriusan: "Keputusan ini akan mempengaruhi hasil jangka panjang, mari kita pertimbangkan dengan hati-hati.”

Bagaimana Menentukan Tone of Voice Brand Kamu?

Menentukan tone of voice yang tepat adalah langkah penting dalam komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan audiens yang dituju. 

Berikut adalah beberapa langkah untuk menentukan tone of voice yang sesuai:

1. Pahami Tujuan Komunikasi

Tentukan terlebih dahulu tujuan dari komunikasi tersebut. Apakah tujuannya untuk menginformasikan, menghibur, meyakinkan, atau membangun hubungan? Tujuan ini akan memengaruhi tone yang digunakan.

  • Tujuan Informasi: Biasanya menggunakan tone yang jelas, langsung, dan netral.
  • Tujuan Persuasi: Bisa menggunakan tone yang meyakinkan, penuh semangat, atau penuh gairah.
  • Tujuan Hiburan: Cenderung menggunakan tone yang santai, humoris, dan ramah.

2. Kenali Audiens

Memahami siapa audiens yang akan menerima pesan sangat penting dalam menentukan tone of voice. Apa karakteristik audiens tersebut? Apakah mereka profesional, muda, santai, atau berjiwa petualang?

  • Audiens Profesional: Cenderung membutuhkan tone yang formal, sopan, dan terstruktur dengan baik.
  • Audiens Santai: Bisa menggunakan tone yang lebih kasual, ramah, dan menyenangkan.
  • Audiens Remaja atau Muda: Bisa lebih informal, energik, dan penuh semangat.

Contoh:

  • Untuk audiens profesional: "Kami menghargai waktu Anda dan berharap dapat bekerja sama dengan Anda."
  • Untuk audiens muda: "Ayo gabung, kita akan buat pengalaman seru bareng!"

3. Tentukan Identitas atau Karakter Merek

Jika kamu sedang menentukan tone for a brand atau organisasi, tentukan terlebih dahulu karakter atau identitas merek yang ingin ditonjolkan. Tone harus mencerminkan nilai-nilai dan kepribadian merek tersebut.

  • Merek Mewah: Gunakan tone yang lebih formal, elegan, dan sophisticated.
  • Merek Ramah dan Kasual: Tone yang lebih santai, humoris, dan dekat dengan audiens.
  • Merek Profesional dan Terpercaya: Gunakan tone yang serius, tegas, dan terpercaya.

Contoh:

  • Merek Mewah: "Koleksi terbaru kami mewujudkan keanggunan dan kemewahan untuk mereka yang menghargai kualitas."
  • Merek Kasual: "Yuk, coba produk kami! Dijamin bikin hari-harimu lebih seru."

4. Sesuaikan dengan Medium atau Platform

Setiap platform atau medium komunikasi memengaruhi tone of voice. Pesan yang disampaikan melalui email, media sosial, atau presentasi bisnis memerlukan tone yang berbeda.

  • Email Bisnis: Biasanya lebih formal dan profesional.
  • Media Sosial: Bisa lebih santai, menggunakan bahasa yang lebih akrab dan kreatif.
  • Blog atau Artikel: Bisa menggunakan tone yang lebih informatif, ramah, dan bersahabat.

Contoh:

  • Email Bisnis: "Kami dengan senang hati mengonfirmasi penerimaan pesan Anda."
  • Media Sosial: "Cek produk baru kami yang pastinya bikin kamu jatuh cinta!"

5. Pertimbangkan Situasi atau Konteks

Sesuaikan tone dengan situasi atau konteks tertentu. Apakah itu situasi yang ceria, serius, atau penuh tantangan? Kondisi ini memengaruhi cara penyampaian pesan.

  • Situasi Ceria: Gunakan tone yang energik, penuh semangat, atau bahkan humoris.
  • Situasi Serius: Gunakan tone yang lebih tenang, hati-hati, dan penuh perhatian.
  • Situasi Krisis: Gunakan tone yang lebih empatik, penuh perhatian, dan penuh kepercayaan diri.

Contoh:

  • Situasi Ceria: "Lihat, promonya belum terlambat! Buruan, ayo ambil kesempatanmu!"
  • Situasi Serius: "Kami memahami situasi ini sangat penting, dan kami berkomitmen untuk memberikan solusi terbaik."

6. Gunakan Konsistensi

Penting untuk menjaga konsistensi tone of voice di seluruh saluran komunikasi. Jika suatu merek atau individu menggunakan tone yang bervariasi terlalu banyak, audiens bisa merasa bingung tentang identitas atau tujuan komunikasi tersebut.

Contoh:

  • Jika merek ingin terdengar santai di media sosial, pastikan semua postingan tetap menggunakan tone yang sama, seperti santai dan ramah.

7. Evaluasi dan Sesuaikan

Setelah menentukan tone of voice, penting untuk selalu mengevaluasi respons audiens dan menyesuaikan tone jika diperlukan. Mungkin ada feedback atau perubahan dalam audiens yang membuat perlu adanya penyesuaian tone yang lebih tepat.

Tips Menggunakan Tone of Voice Brand di Media Sosial

Menentukan tone of voice yang tepat di media sosial sangat penting untuk menarik perhatian audiens dan membangun hubungan yang kuat dengan mereka. 

Berikut adalah beberapa tips tone of voice di media sosial yang dapat membantu kamu menciptakan komunikasi yang efektif dan menarik:

1. Sesuaikan Dengan Karakter Audiens

Kenali siapa audiens yang mengikuti akun media sosialmu. Berbagai platform media sosial memiliki audiens yang berbeda, dan tone of voice harus disesuaikan dengan karakteristik audiens tersebut.

  • Audiens Remaja/Muda: Gunakan tone yang kasual, ceria, dan energik. Jangan takut untuk memakai bahasa gaul atau slang yang relevan dengan mereka.
  • Audiens Profesional: Sesuaikan dengan tone yang lebih formal, tetapi tetap ramah dan mudah diakses.
  • Audiens Umum: Gunakan tone yang bisa diterima oleh berbagai kalangan, yakni santai dan mudah dipahami.

Contoh:

  • Remaja: "Kamu udah coba produk baru kita? Dijamin bikin hari-harimu lebih seru!"
  • Profesional: "Kami siap membantu Anda dengan solusi yang efisien dan profesional. Hubungi kami sekarang."

2. Tetap Konsisten

Konsistensi tone of voice di setiap postingan sangat penting agar audiens dapat mengenali merek atau profil sosial media tersebut. Hindari menggunakan tone yang terlalu berbeda di setiap postingan, karena hal ini bisa membuat audiens bingung.

  • Pilih tone yang sesuai dengan identitas merek atau pribadi kamu dan tetap gunakan tone yang sama dalam setiap postingan, komentar, atau balasan pesan.

Contoh:

  • Jika kamu memilih tone yang ramah dan santai, pastikan seluruh postingan dan balasan mengikuti tone tersebut.

3. Humoris dan Relatable

Media sosial adalah tempat yang lebih santai, jadi menggunakan humor bisa sangat efektif untuk menarik perhatian audiens dan membuat merek kamu terasa lebih dekat. Tetapi, pastikan humor yang digunakan sesuai dengan audiens dan konteks.

  • Gunakan meme atau lelucon yang relevan dengan audiens untuk membuat mereka merasa lebih terhubung.
  • Hindari humor yang bisa menyinggung atau membuat audiens merasa tidak nyaman.

Contoh:

  • "Kami nggak janji bisa menyelesaikan semua masalahmu, tapi setidaknya kopi kami bisa membuatmu merasa lebih baik!" (untuk merek kopi)

4. Tunjukkan Kepribadian Merek

Media sosial memberikan kesempatan untuk menunjukkan sisi lebih personal dan autentik dari merek atau individu. Jangan ragu untuk menunjukkan kepribadian kamu, apakah itu bersemangat, kreatif, atau ramah.

  • Kepribadian yang otentik akan membuat audiens merasa lebih terhubung dan lebih mudah mengenali merek kamu.
  • Jika kamu merepresentasikan suatu merek, pastikan kepribadiannya sesuai dengan citra merek tersebut, seperti cerdas, berwawasan, atau fun.

Contoh:

  • Fun: "Hidup terlalu pendek untuk minum kopi yang biasa saja. Coba yang satu ini, pasti ketagihan!"

5. Gunakan Bahasa yang Ringan dan Mudah Dimengerti

Di media sosial, audiens sering kali mencari informasi secara cepat dan mudah. Hindari bahasa yang terlalu formal atau teknis, kecuali audiensmu memang menginginkan informasi tersebut.

  • Pilih kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami agar audiens cepat mengerti pesan yang disampaikan tanpa perlu berpikir terlalu keras.
  • Gunakan kalimat yang singkat dan jelas.

Contoh:

  • "Cek produk terbaru kami!" vs. "Kami ingin memberitahukan Anda tentang koleksi produk terbaru kami yang dapat Anda peroleh di situs kami."

6. Berikan Sentuhan Personal

Media sosial adalah tempat di mana interaksi terasa lebih langsung dan personal. Balas komentar atau pesan dengan cara yang lebih personal dan menanggapi audiens secara langsung.

  • Gunakan nama pengguna atau sapaan akrab seperti "Halo, @namauser!" agar audiens merasa lebih dihargai dan diakui.
  • Berikan respons yang menunjukkan bahwa kamu mendengarkan dan peduli dengan apa yang mereka sampaikan.

Contoh:

  • "Terima kasih sudah ikut berpartisipasi dalam kontes kami, @namauser! Kami senang melihat semangatmu!"

7. Gunakan Visual yang Mendukung Tone

Gambar, video, dan meme adalah bagian penting dari media sosial. Visual dapat sangat membantu memperkuat tone of voice yang ingin disampaikan.

  • Gunakan gambar atau video yang sesuai dengan tone yang ingin kamu tampilkan, apakah itu ceria, inspiratif, atau serius.
  • Pastikan elemen visual tersebut mendukung pesan yang ingin disampaikan dalam teks.

Contoh:

  • Gambar ceria dan penuh warna untuk tone yang santai dan fun.
  • Gambar elegan dan simpel untuk tone yang lebih serius dan profesional.

8. Bersikap Empatik

Di media sosial, audiens sering kali mengungkapkan perasaan atau keluhan mereka. Oleh karena itu, penting untuk menunjukkan empati dalam respons kamu, terutama saat ada komentar atau feedback negatif.

  • Tanggapi dengan penuh perhatian dan jangan defensif. Tunjukkan bahwa kamu mendengarkan dan peduli dengan perasaan mereka.
  • Hindari penggunaan tone yang terlalu dingin atau formal dalam situasi seperti ini.

Contoh:

  • "Kami sangat menyesal mendengar pengalaman Anda, @namauser. Kami akan segera menghubungi Anda untuk mencari solusi terbaik."

9. Sertakan Call to Action (CTA) yang Tepat

Saat berkomunikasi di media sosial, pastikan kamu menyertakan call to action (CTA) yang sesuai dengan tone yang kamu pilih. CTA ini bisa mendorong audiens untuk berinteraksi lebih lanjut dengan konten atau merek kamu.

  • CTA yang ramah: "Klik link ini untuk mendapatkan penawaran menarik!"
  • CTA yang lebih serius: "Hubungi kami untuk mendapatkan informasi lebih lanjut."

Baca Juga: Tips Storytelling Di Sosial Media, Ampuh Memikat Audiens!

Menggunakan tone of voice yang tepat di media sosial bukan hanya soal memilih kata-kata, tetapi juga menciptakan hubungan yang autentik dan menarik dengan audiens. 

Dengan memahami audiens, tujuan komunikasi, dan identitas merek, kamu dapat menyampaikan pesan yang tidak hanya efektif tetapi juga membangun loyalitas dan keterlibatan yang lebih kuat. 

Ingat, konsistensi dan empati adalah kunci untuk menciptakan komunikasi yang berhasil di dunia digital.

Jika kamu merasa kesulitan mengelola tone of voice di media sosial atau ingin meningkatkan strategi media sosial bisnismu, Croloze siap membantu! 

Tim ahli manajemen media sosial kami dapat membantu kamu menyusun strategi komunikasi yang tepat untuk menciptakan engagement yang lebih tinggi dan meningkatkan citra merek. 

Hubungi kami sekarang dan mulai perjalanan sukses media sosialmu bersama Croloze dengan klik link di bawah ini!

Konsultasi Gratis



Nabila Dwi Utami

Written by

Nabila Dwi Utami

0 Followers · 0 Following

No bio available

Responses

No responses yet.
User Profile

More from Croloze